Pandemi Belum Berakhir, Tagihan Listrik Malah Bikin Menjerit Rakyat

Tagihan Listrik naik 2 kali lipat

Beritaislam - Oleh: Dede Yulianti

Pandemi di negeri ini belum berakhir, dampaknya mengenai semua lini kehidupan masyarakat. Di tengah keterpurukan ekonomi, masyarakat dikagetkan dengan biaya tagihan listrik yang nilainya fantastis. Terdapat 4,3 juta pelanggan PLN yang mengalami kenaikan tagihan. Pelanggan yang mengalami kenaikan 20% – 50% jumlahnya mencapai 2,4 juta pelanggan. Sementara pelanggan yang tagihannya mengalami kenaikan di atas 200% dialami 6% dari total pelanggan yang mengalami kenaikan tagihan. (CNBC Indonesia. 06/06/2020)


Seperti yang dialami Ramlan warga Depok. Tak tanggung-tanggung, kenaikan membengkak hingga lima kali lipat dari pemakaian sebelumnya. Jika biasanya ia hanya membayar tagihan sebesar 180 ribu rupiah. Pada bulan Juni ini, tagihan yang harus dibayar sebesar 1,5 juta rupiah. Tak heran warga curiga adanya kecurangan dalam hitungan kwh perjam dari meteran listrik, yang menyebabkan tagihan listrik membengkak. Hingga beramai-ramai melakukan protes ke kantor PLN, bersama warga Depok lainnya. (jabarnews.com 09/06/2020).

Penyebab kenaikan dan solusi pemerintah


Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT PLN, Bob Saril mengatakan, lonjakan tagihan yang dialami sebagian pelanggan tidak disebabkan oleh kenaikan tarif. Bukan juga disebabkan subsidi silang antara pelanggan golongan tertentu dengan golongan yang lain.

“Lonjakan pada sebagian pelanggan tersebut terjadi semata-mata karena pencatatan rata-rata rekening sebagai basis penagihan pada tagihan bulan Mei, kemudian pada bulan Juni ketika dilakukan pencatatan meter aktual selisihnya cukup besar. Itulah yang menyebabkan adanya lonjakan,” katanya, Minggu (7/6/2020).

Sementara menanggapi keluhan warga, staf khusus Presiden, Angkie Yudistia justru menyatakan kenaikan tagihan listrik terjadi akibat pemakaian dari warga sendiri.

“Masa pandemi yang mendorong diberlakukannya kebijakan PSBB menjadikan kegiatan kita lebih intens di rumah dan mengakibatkan penggunaan listrik yang juga turut mengalami peningkatan,” kata Angkie.

Sementara itu pihak PLN memberikan solusi dengan pembayaran bertahap bagi pelanggan yang merasa terbebani. PLN telah menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi lonjakan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen, akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan rekening 3 bulan terakhir. Yaitu lonjakan yang melebihi 20% akan ditagihkan pada bulan Juni sebesar 40% dari selisih lonjakan, dan sisanya dibagi rata tiga bulan pada tagihan berikutnya.

Skema ini diberikan sebagai bentuk upaya PLN dalam memberikan solusi bagi konsumen yang tagihannya melonjak pada bulan Juni 2020. Sehingga konsumen tidak terkejut dengan tagihan listrik listrik selama masa PSBB. Selanjutnya Konsumen dapat menyelesaikan seluruh kewajibannya di masa produktif setelah penerapan PSBB berangsur berakhir.

Pemenuhan kebutuhan dasar dalam Islam

Bagaimanapun listrik merupakan kebutuhan mendasar rakyat yang harus dipenuhi pemerintah. Alangkah sangat disayangkan, perhatian pemerintah pada sektor strategis layanan publik dirasa sangat kurang. Alih-alih meringankan beban kesulitan warga di masa pandemi, kenaikan tagihan listrik justru terjadi.

Solusi yang diberikan pun bukannya mencari letak permasalahannya dimana. Hanya memberi pelonggaran waktu pembayaran, dicicil selama tiga bulan. Artinya beban kenaikan tagihan listrik tetap harus dibayarkan. Padahal beban warga di masa pandemi ini sudah sangat berat. Lalu dimana tanggungjawab pemerintah sebagai pelayan rakyat, jika semua layanan publik biayanya dibebankan pada rakyat. Beginilah hidup dalam aturan kapitalisme, rakyat harus memenuhi semua kebutuhan dasarnya sendiri.

Sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam. Penguasa sebagai satu-satunya pengurus rakyat yang wajib memberikan semua layanan publik dengan gratis. Pembiayaannya diambil dari pengelolaan sumber kekayaan alam milik umat. Pengelolaan sumber daya alam dan layanan publik tidak diserahkan pada swasta. Negaralah yang langsung mengelolanya dengan orientasi kepentingan rakyat. Bukan diserahkan pada perusahaan yang tentunya mencari profit keuntungan. Sementara rakyat hanya dijadikan objek untuk mengeruk keuntungan. Tak peduli beratnya beban yang harus ditanggung.

Terlebih di masa pandemi. Untung dan rugi dari sisi ekonomi bukanlah ukuran. Keselamatan rakyat dan terpenuhinya kebutuhan mereka menjadi perhatian utama. Meskipun negara harus mengeluarkan dana yang tak sedikit.

Sebagaimana yang pernah terjadi di masa Kholifah Umar bin Khattab. Beliau mengirimkan langsung makanan saat kelaparan melanda, dari berbagai negeri Islam. Dapur-dapur umum didirikan. Semuanya dengan biaya negara demi menyelamatkan nyawa warga. Bahkan iapun sampai-sampai mogok makan daging selama rakyatnya kelaparan.

Inilah bukti cinta dari penguasa pada rakyatnya, yang lahir dari sistem hidup yang mulia. Kondisi ini hanya terjadi ketika Islam dijadikan landasan tatanan kehidupan. Semoga saja dengan pandemi yang sedang terjadi menyadarkan kita untuk kembali pada sistem Islam. Musibah pun berbuah berkah saat kembali pada syariah (Aturan Allah)

[beritaislam.org]

1 komentar untuk "Pandemi Belum Berakhir, Tagihan Listrik Malah Bikin Menjerit Rakyat"

  1. Semoga..pademi ini segera berakhir beserta manusia manusia yang tidak jujur. Aamiin

    BalasHapus
Banner iklan disini