Cara dan Strategi Islam Menangani Wabah

Masjid Biru di Turki, Blue Mosque

Cara dan Strategi Islam Menangani Wabah 
Oleh: Indra Lesmana

Penyebaran Covid-19 semakin massif dan masuk keberbagai segmentasi masyarakat tanpa melihat usia,tempat dan status social. Per 10 April 2020 Kasus Positif di Indonesia mencapai 3.512 orang ,306 orang meninggal dunia dan 282 orang sembuh (DetikNews 10 Apr 2020). Menurut Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. dr. Zubairi Djoerban Sp.PD memprediksi penyebaran Covid-19 ini seperti gunung es.

Artinya, jumlah kasusyang terlihat tampak sedikit, padahal banyak yang tidak terungkap. Menurut prediksi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), yang merupakan bagian draft “Covid-19 Modelling Scenarios, Indonesia”, tanpa intervensi Negara, lebih kurang 2.500.000 orang berpotensi terjangkit Covid-19. Bila intervensinya rendah, kurang lebih 1.750.000 orang berpotensi terjangkiti Covid-19.


Menurut prediksi beberapa kalangan, akan terjadi super spreading (penyebaran tak terkendali) wabah ini pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Para alumnus matematikawan UI memcoba untuk memodelkan skenario dalam menjawab kapan wabah virus corona (Covid-19) berakhir.

Skenario pertama, jika tidak ada kebijakan signifikan dan tegas dalam mengurangi interaksi antarmanusia, puncak pandemi terjadi pada 4 Juni dengan 11.318 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai ribuan kasus. Pandemi akan berakhir pada akhir Agustus atau awal September.

Skenario kedua, sudah ada kebijakan tapi kurang tegas dan strategis serta masyarakat tidak disiplin mengimplementasikan physical distancing. Maka puncak pandemi akan akan terjadi pada 2 Mei dengan 1.490 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60 ribu kasus. Pandemi akan mereda pada akhir Juni atau awal Juli. Skenario ketiga, jika per 1 April 2020 diberlakukan kebijakan yang tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia dan masyarakat juga mengimplementasikan physical distancing, puncak pandemi akan terjadi pada 16 April 2020 dengan 546 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai 17 ribu kasus pandemi akan mereda pada akhir Mei atau awal Juni.

Langkah Jokowi hadapi wabah

Sebagian pihak menilai upaya pecegahan dan penanganan yang dilakukan oleh Jokowi lamban dan ceroboh atas keselamatan rakyatnya. Sangat kental perhitungan-perhitungan ekonomi ketika dihadapkan pada kondisi harus memberikan pelayanan tanpa pamrih.

Bagaimana tidak, ditengah gelombang kasus corona yang sudah mulai menyebar di Negara lain,
justru Indonesia pada awal tahun sudah menggandeng media dan buzzer dengan mengucurkan anggaran yang tidak sedikit sebesar Rp. 72 M.

Tujuan pemerintah untuk mempromosikan wisata Indonesia dan antisipasi dampak penyebaran virus corona terhadap perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, para pejabat terkait juga, terkesan meremehkan virus yang semula berawal dari tiongkok sehingga menjadi pandemi, Alhasil, penyebaran virus yang berawal ditemukannya dua kasus positif awal pada tanggal 2 Maret hingga hari ini peningkatannya cukup cepat da banyak.

Pemerintah juga tergesa-gesa dan tidak tegas serta tidak bertanggung jawab dalam mengambil kebijakan mulai hanya sekedar himbauan untuk tetap diam di rumah, social distancing, physical distancing, rapid test tetapi tidak ada jaminan kebutuhan hidup atas rakyatnya, alhasil langkah-langkah tersebut tidak menghentikan penyebaran covid-19 bahkan terus meningkat, maka tidak heran beberapa PEMDA mengambil inisiatif langkah lain yakni Lockdown wilayah.

Sikap abai dan ceroboh yang lain dari pemerintah yakni masih membuka lebar aktifitas warga asing keluar masuk Indonesia, mulai dari wabah Covid-19 sudah menyebar ke negara lain hingga saat ini. Tidak hanya itu, pemerintah sendiri yang mengintruksikan kepada PEMDA untuk tidak menutup bandara dan pelabuhan, padahal wabah covid ini merupakan Imported case yakni berasal dari pendatang yang baru tiba dari luar negeri atau daerah dengan wabah virus corona.

Tetapi kenyataanya memang masih banyak warga Negara asing sampai saat ini masih bisa lalu lalang baik untuk sekedar berkunjung atau melanjutkan pekerjaannya untuk proyek-proyek yang tersandra hutang. Maka sikap pemerintah tersebut merupakan bentuk kejahiliahan terhadap keselamatan warganya dan menunjukan tidak ada keseriusan untuk mengurangi jumlah wabah akan tetapi sebaliknya menjerumuskan warganya kedalam lubang kematian.

Islam punya solusi

Wabah merupakan musibah yang ditimpakan kepada siapapun, termasuk orang yang beriman dan tidak. Yang membedakan adalah sikap dalam menyikapi wabah ini. Bagi orang beriman, bahwa semua wabah adalah makhluk Allah, tentara Allah, maka sikap pertama adalah menguatkan keimanan kepada Allah.

Dengan berserah diri kepada-Nya. Introspeksi, bertaubat hingga terus meningkatkan hubungan dengan Allah dan dibarengi dengan ikhtiar yang maksimal. Islam sebagai pedoman ummat manusia yang benar, memiliki cara dalam menghadapi wabah. Ada aspek yang menjadi mendasar dalam usaha menghadapi bencana atau wabah yakni kebijakan Negara yang cepat dan tepat dalam pencegahan dan penanganan serta pentingnya peran ummat yang memiliki pemahaman, standarisasi dan keyakinan yang sama dengan Negara sehingga mudah diatur. Napak tilas Pemerintahan Islam saat hadapi wabah telah dicontohkan oleh sahabat Nabi yakni Khalifah Umar bin Khattab.

Pada saat kepemimpinannya memiliki kekuasaan yang sangat luas, Khalifah Umar Bin Khattab bersama para sahabatnya mendatangi salahsatu wilayahnya di negeri Syam, akan tetapi dikabarkan sedang terjadi sebuah wabah menular yang disebut dengan Thaun, maka Abu Ubaidah bin al-Jarrah selaku Gubernur Syam menemui Umar dan Ummar memilih untuk tidak melanjutkan perjalanannya memasuki Wilayah Syam keputusan Khalifah Umar juga dikuatkan dengan hadist Nabi yang pada saat itu di sampaikan abdur rahman bin auf.

“Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah maka janganlah kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri tempat kalian tinggal, maka jangan keluar darinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Amru bin Ash sebagai pengganti Gubernur Syam setelah wafatnya sahabat nabi karena wabah tersebut yakni Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Mu’adz bin Jabal. Maka Amru bin Ash terkenal sahabat yang cerdas. Dia melihat wabah ini seperti api yang berkobar. Selama masih ada kayu bakar maka akan terus menyala. Sehingga memerintahkan kepada rakyatnya untuk membentengi diri dari penyakit tersebut dan pergi ke gunung-gunung sehingga kebijakan itu berlaku hingga wabah penyakit tersebut hilang.

Khalifah (penguasa) menjamin Rakyatnya

Sebagai seorang pemimpin sudah selayaknya menjamin apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya, baik berkaitan dengan keamanan dari virus ataupun kebutuhan untuk mampu bertahan hidup. Maka kecerdasan dan tanggung jawab seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam meriayah (mengurusi) rakyatnya lantaran kelak akan ada pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT atas kepemimpinannya dan yang dipimpinnya berdasarkan sabda Nabi :

“Seorang imam (pemimpin) adalah bagaikan pengembala, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya (rakyatnya).” (HR.Bukhari dan Muslim)

Dalam buku The Great Of Ummar bin Khattab diceritakan dalam masa krisis ummar bin Khatab
melakukan beberapa strategi. Ketika krisis ekonomi Khalifah Ummar memberikan contoh terbaik
dengan berhemat dan bergaya hidup sederhana. Termasuk menunjukan dengan cara lebih kekurangan dari rakyatnya dengan itu Khalifah bisa merasakan betul bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyatnya. Khalifah Ummar kemudian segera mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi krisis
ekonomi secara cepat, tepat dan komprehensif. Untuk mengoptimalisasi keputusannya, Khalifah segera mengerahkan seluruh struktur, perangkat negara dan semua potensi yang ada untuk segera membantu masyarakat yang terdampak.

Tidak hanya itu, Khalifah Ummar Bin Khattab dengan sigap memerintahkan membuat poskoposko bantuan.

Diriwayatkan dari Aslam: 

Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”

Orang-orang yang ditugaskan pun menghitung orang-orang yang datang. (Ternyata) berjumlah tujuh puluh ribu orang. Jumlah orang-orang sakit dan yang memerlukan bantuan sebanyak empat ribu orang. Selang beberapa hari, jumlah orang yang datang dan yang memerlukan bantuan mencapai enam puluh ribu orang. Tidak berapa lama kemudian, Allah mengirim awan. Saat hujan turun, saya melihat Khalifah Umar ra. menugaskan orang-orang untuk mengantarkan mereka ke perkampungan dan memberi mereka makanan dan pakaian ke perkampungan. Banyak terjadi kematian di tengah-tengah mereka. Saya melihat sepertiga mereka mati. Tungku-tungku Umar sudah dinyalakan p para pekerja sejak sebelum subuh mereka menumbuk dan membuat bubur.

Khalifah Umar juga langsung menugaskan beberapa orang di berbagai penjuru Madinah untuk
memantau kondisi rakyat yang berkumpul mencari rezeki di sekitar mereka karena kemarau dan
kelaparan yang menimpa mereka. Mereka bertugas membagikan makanan dan lauk-pauk. Sore hari,
orang-orang yang ditugaskan berkumpul bersama Umar melaporkan peristiwa yang terjadi. Beliau lalu memberikan pengarahan kepada mereka. Khalifah Umar ra. memberi makanan kepada orang-orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar. Lembaga ini bertugas membagi tepung, mentega, kurma dan anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam dan Irak datang. Dar ad-Daqiq kian diperbesar agar bisa membagi makanan kepada puluhan ribu orang yang datang ke Madinah selama sembilan bulan, sebelum hujan tiba dan memberi penghidupan.

Apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar ra. di atas menunjukkan kecerdasan beliau dalam
membuat keputusan, mengatur dan mengelola seluruh struktur pemerintahan di bawahnya sehingga
bisa cepat, sigap dan tuntas dalam melayani krisis ekonomi. Lembaga-lembaga pemerintahan yang
langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan rakyat, baik yang bergerak dalam bidang
finansial atau yang lainnya, langsung diminta bergerak cepat. Khalifah sendiri yang bekerja dalam poskoposko tersebut, memastikan semua berjalan maksimal.

Diriwayatkan dari Anas, “Perut Umar bin al-Khathab selalu keroncongan di tahun kelabu, sebab
ia hanya makan dengan minyak. Ia mengharamkan mentega untuk dirinya. Ia memukul perut dengan
jari-jarinya dan berkata, ‘Berbunyilah karena kita tidak punya apa pun selain minyak hingga rakyat
sejahtera.”

Krisis dan pandemi sudah terjadi dalam sejarah kehidupan umat manusia, termasuk era
kejayaan Islam. Tapi, semua berhasil dilalui oleh kaum Muslim termasuk dalam kondisi krisis, umat
berdiri menjadi pengasuh, penjaga dan penopang utama kekuasaan negara. Karena selama
keberjalanannya, negara mengurus urusan mereka serta memberikan apa yang menjadi haknya. Baik
berkaitan dengan Sandang, papan, pangan, pendidikan, keamanan dan kesehatan. Maka Negara dan umat bersama bergandengan tangan dan Inilah rahasia Daulah Khilafah bisa bertahan dalam waktu yang sangat panjang.

[beritaislam.org]

Posting Komentar untuk "Cara dan Strategi Islam Menangani Wabah "

Banner iklan disini