Dicecar Ustadz Haikal 'OPM Teroris Bukan? Kenapa Teroris Hanya Islam?', BNPT Gelagapan
Setelah Menteri Agama Fachrul Razi membuat gaduh dengan isu larangan cadar dan celana cingkrang, Presiden Joko Widodo juga membuat pernyataan pro kotra tentang usulan “manipulator agama” untuk menyebut istilah radikalisme. Sebagaimana kita ketahui, beberapa waktu yang lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusulkan perubahan istilah radikalisme menjadi manipulator agama. Presiden Jokowi sebelumnya meminta ada upaya serius untuk menangkal radikalisme. Jokowi meminta Menko Polhukam Mahfud Md mengkoordinasikan penangan masalah itu.)1
Menanggapi polemik “manipulator agama”, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas belum dapat bicara lebih jauh, justru Anwar Abbas ingin mendengar dari banyak kalangan soal apa itu radikalisme. Dia mengaku belum dapat memahami apa yang dimaksud dengan radikalisme. “Apakah kalau orang misalnya ingin menyampaikan ajaran agamanya dan dia ingin memperjuangkan ajaran agamanya apakah dia dianggap radikal ”. Anwar pun menyinggung soal persoalan yang terjadi di Papua. Dia heran tidak ada penyematan istilah radikal untuk masalah di Papua. Karena itu, Anwar meminta semua pihak merenungkan soal diksi yang disematkan pada kelompok tertentu. “Ya kita renungkan dululah, apakah diksi itu tepat atau tidak,” kata dia. )2
Sementara itu, Waketum PAN Hanafi Rais mempertanyakan istilah “manipulator agama” oleh Presiden Joko Widodo yang mirip dengan cara-cara orde baru. “Ya mau diganti istilah itu sama saja, istilah mengganti radikalisme dengan manipulator agama itu sama saja dulu cara pandang Orde Baru tidak mau dibilang korupsi, tapi dibilangnya kesalahan prosedur. Sama nggak kira-kira?” Menurut Hanafi, Jokowi sebaiknya lebih bijaksana. Ia juga meminta Jokowi berhati-hati dalam memilih kosakata. )3
Pimpinan Program Studi Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran Dr.Lina Meilinawati Rahayu menilai penggantian kata pelaku radikalisme menjadi “manipulator agama” seperti yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo adalah usaha untuk memperhalus makna. Dalam bahasa hal itu disebut sebagai eufemisme. Eufemisme atau ungkapan pelembut, dibuat karena ungkapan lama dianggap kasar atau kurang sedap nilai rasanya.
Sementara itu, menurut Febri Taufiqurrahman, Dosen Linguistik Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang, dalam penggantian penggunaan istilah kata “radikalis” menjadi “manipulator agama” bisa disebabkan karena kata “radikal” sendiri memiliki makna yang amat keras.
Isu radikalisme juga menjadi perbincangan di stasiun televisi. Ustadz Haikal Hassan Baras atau Babe Haikal di acara DUA SISI tvOne berhadapan dengan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
Babe Haikal mencecar BNPT kenapa Teroris hanya menyasar Islam? Kenapa OPM yang jelas-jelas ingin merubah Pancasila, ingin mendirikan negara sendiri, punya struktur pemerintahan sendiri, tapi tidak disebut Teroris Radikal?
Dicecar seperti itu, pihak BNPT gelagapan menjawab... berikut videonya:
Oh ternyata begini ya UU “Teroris” dan “Radikal” tidak menjangkau para teroris OPM di Papua sana? ππ— Pemuda ideologis (@rasmanduri) November 1, 2019
Jadi jelas kan isu "Terorisme" dan "Radikalisme" hanya untuk menyerang “Islam” ? ππ»πππ π pic.twitter.com/C5SAgImiMX
Posting Komentar untuk "Dicecar Ustadz Haikal 'OPM Teroris Bukan? Kenapa Teroris Hanya Islam?', BNPT Gelagapan"