Pratikno, Aktor Intelektual di Balik Pembatalan Ceramah UAS di UGM?
PRATIKNO AKTOR INTELEKTUAL DI BALIK PEMBATALAN CERAMAH UAS DI UGM ?
Oleh : Nasrudin Joha "Tadi Pak Djagal (Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM) nyebut Pak Tik (Pratikno). Saya nggak percaya,"
[Mashuri, (9/10/2019)].
Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., Menteri Sekretaris Negara yang sebelumnya pernah menjabat rektor Universitas Gadjah Mada yang ke 14, namanya santer disebut sebagai 'Alumni' yang punya peran atas dibatalkannya ceramah UAS di UGM. Alumni UGM yang juga pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Pada tahun 2009 silam ini, namanya disebut oleh Djagal Wiseso Marsono, pejabat Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan UGM, sebagaimana ditururkan Mashuri Maschab, Ketua Takmir Masjid Kampus UGM.
Meski demikian, Mashuri belum begitu percaya dengan keterangan dari Djagal. Oleh karenanya ia akan menghubungi sendiri Pratikno yang mantan muridnya itu.
Jika pernyataan Djagal ini benar, maka dapat dipastikan intervensi terhadap ceramah UAS ini atensi langsung dari istana, mengingat posisi pratikno adalah Mensesneg. Jelas, hal ini mengkonfirmasi praduga publik bahwa rezim Jokowi memang anti terhadap ulama.
Selama ini, UAS memang dianggap batu sandungan rezim, khususnya saat Pilpres berpengaruh besar menggerogoti elektabilitas rezim. Pasca Pilpres, UAS juga enggan merapat kepada rezim, tetap Istiqomah berkhidmat sebagai pendakwah.
UAS beda jauh dengan ulama atau ustadz lain yang merapat ke kubu rezim, sebut saja seperi : Ma'ruf Amien, Yusuf Masur dan TGB. UAS tetap Istiqomah dijalan dakwah, dan lebih memilih berkhidmat melayani umat ketimbang mendatangi pintu-pintu istana.
Meskipun dengan gaya merakyat, komunikatif, kadang diselingi senda gurau yang hidup, ceramah UAS tetap menampakan kekokohan pendapat yang didukung dalil. Atas posisi UAS yang gigih ini, beberapa waktu yang lalu UAS sempat dikriminaliasi dengan munculnya laporan sekelompok orang yang mempersoalkan ceramah UAS di Riau tiga tahun yang lalu.
Intervensi dunia kampus, juga tak hanya terjadi di UGM. Sebelumnya, Undip menjadi kelinci percobaan rezim untuk uji coba proyek deradikalisasi. Tanpa proses, hanya berdasarkan tuduhan yang tidak berdasar, Prof Suteki seorang Guru Besar Hukum Undip dipersekusi, dicabut beberapa jabatan fungsionalnya di Undip. Rektor Undip sendiri melakukan hal ini, atas tekanan langsung dari Menristekdikti.
Awalnya, publik menduga tekanan kepada civitas UGM berasal dari Mentistekdikti. Kabar munculnya nama pratikno, alumni UGM yang disebut memiliki peran dibalik pembatalan ceramah UAS, mengkonfirmasi bahwa kebijakan hukum besi kampus, itu benar-benar berasal dari rezim Jokowi. Bukan kreasi Mentistekdikti sendiri.
Sayang sekali, atas syahwat kekuasaan segelintir orang, kultur intelektual kampus diberangus secara sadis. Tak ada etika, tak ada adab, tak ada penghormatan akan ilmu. Tokoh sekelas UAS pun bisa dibatalkan sepihak, dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh akal.
Jika UGM saja sudah melakukan praktik 'Persekusi' atas nalar dan karsa intelektual, lantas bagaimana nasib kaum intelektual dimasa datang ? Akakankah, ilmu yang bertugas mengontrol kekuasan justru menjadi alat stempel intelektual untuk membenarkan kezaliman ?
Semoga saja, semua berita yang ada ini hanya mimpi. Semoga, besok pagi rektor UGM mengklarifikasi bahwa berita pembatalan ceramah UAS di UGM itu tidak benar. Selain mengklarifikasi, semoga saja rektor UGM justru mengumumkan undangan umum kepada khalayak, agar berbondong-bondong ke UGM untuk bersama menyimak ceramah UAS. []
Posting Komentar untuk "Pratikno, Aktor Intelektual di Balik Pembatalan Ceramah UAS di UGM?"