Pilunya Menjadi Kader Partai, Manis Diperas Sepah Dibuang
Oleh : Nasrudin Joha
Tulisan kali ini mencoba bicara tentang empati pada kader partai, bukan untuk membenarkan perilaku koruptif kader tapi hanya ingin menggambarkan berapa jahatnya kultur politik partai. Kader, umumnya ditugaskan di tampuk kekuasaan sebagai tandon untuk mengumpulkan pundi-pundi, setor ke partai untuk membiayai partai agar mesin partai dapat bekerja.
Semua kader terbaik partai, ditempatkan pada posisi kekuasaan strategis agar memiliki wewenang untuk disalahgunakan. Fungsi kader adalah untuk memindahkan anggaran negara ke kantong partai.
Namun, begitu kader tertangkap KPK, kader terjerat masalah hukum, partai seolah menjadi lembaga suci, memecat kader karena tak mau diasosiasikan dengan partai, atau dengan cara lain meminta kader untuk segera mengundurkan diri dari partai. Jahat sekali partai. Habis manis sepah dibuang.
Ketika kader sedang berkuasa, bergelimangan uang, partai selalu membanggakan kader, mengelu-elu kan kader, menjadikan kader sebagai sosok teladan partai dan kebanggaan publik. Namun, begitu kader kena kasus partai buang badan, tak ada bantuan hukum partai, yang ada justru partai berusaha memotong semua jalur keterhubungan kader dengan partai.
Belum lama ini, akhirnya KPK menahan Bupati Lampung Utara Tersangka Suap, Agung Ilmu Mangkunegara yang juga kader partai Nasdem. KPK selama 20 hari ke depan menahan Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara, tersangka kasus dugaan suap sejumlah proyek di lingkungannya.
Sebelumnya, Taufik Basari dari DPP Nasdem mengabarkan Pernyataan pengunduran diri kadernya (baca: dipecat), yang disampaikan oleh perwakilan keluarga Agung Ilmu Mangkunegara, mengingat yang bersangkutan belum dapat berhubungan dengan pihak luar.
Jadi, selain sendirian berada dijeruji besi Agung juga harus ridlo ditinggalkan partai Nasdem. Padahal, sebelum kasus ini jelas dia adalah kader kesayangan Nasdem, ketua DPD Nasdem Lampung Utara.
Tapi itulah partai, kondisi yang dialami Agung Nasdem ini juga dialami oleh kader partai lainnya. Tidak peduli apakah PDIP, Golkar, PKB, PPP, GERINDRA, atau yang lain. Kalau sudah kena kasus korupsi, kader dianggap aib partai, harus segera diamputasi.
Coba, kurang apa kesetiaan Setnov dan Idrus Marham untuk Golkar. Tapi, begitu kena kasus mereka harus ditendang dari Golkar. Romi ditentang dari PPP, dan banyak contoh lainnya.
Tapi saya rasa mereka yang kena kasus juga sudah tahu dan siap ditinggalkan partai, karena kultur partai memang demikian. Partai hanya mau setoran duitnya, tapi ogah menanggung aib korupsinya.
Semua orang partai juga sadar sejak awal berhimpun di partai, itu untuk mencari kawan senang, kawan berbagi atau mencari proyek, kawan untuk berbagi konsesi. Bukan kawan setia sehati, yang komitmen untuk setia dan berani bersama menanggung duka.
Karena itu saya himbau orang partai yang masih lurus hati dan fikiranya, masih ingin jadi orang baik, segeralah keluar dari partai. Diakherat kelak, partai juga akan putus hubungan e dengan kader, semua dosa akan ditanggung sendiri. Didunia saja kultur partai sudah ngeri, apalagi di akherat ? [].
Posting Komentar untuk "Pilunya Menjadi Kader Partai, Manis Diperas Sepah Dibuang"