Belajar Dari Projo, Tak Ada Daging Tulangpun Jadi dan Ungkapan UAS Soal Jabatan
Sekjen Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin kembali menggelar pertemuan pada Jum'at (25/10). Sebagaimana PROJO dan Bani Majenjeng, dalam pertemuan juga dibahas soal partai-partai yang belum dapat kapling menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Menurut Sekjen PBB, Afriansyah Ferry Noor, pertemuan itu biasa diadakan rutin sebulan sekali. Mereka membahas sejumlah soal, Kemudian membahas persoalan kabinet. Mengingat, Ada yang belum masuk (kabinet) yakni Hanura, PKPI dan PBB.
Pertemuan ini diyakini tak akan merubah kompossi kabinet maupun wamen. Karena struktur kabinet dan wakil menteri telah selesai diumumkan Jokowi. Secara politik, kumpulan partai yang tak kebagian kue kekuasaaan ini kalah cerdik dengan PROJO yang segera membubarkan diri pasca pengumuman menteri oleh Jokowi.
Manuver itu membuahkan hasil, ketua PROJO akhirnya diangkat menjadi wamen. Otomatis, pengumuman pembubaran PROJO dibatalkan.
Adapun para Sekjen partai gurem, partai yang tidak lolos elektoral parlemen, mereka terlambat membuat menuver. Mereka kalah cerdik ketimbang PROJO.
Namun memungkinkan besar, logika yang mereka adopsi adalah 'Tak Dapat Daging, Tulang Pun Jadilah'. Karena filosofis orang kampung, tulang pun Kalo dibikin sop juga nikmat.
Nampaknya begitulah target dari manuver partai gurem pendukung Jokowi. Mereka berharap, meskipun bukan menteri, tidak juga di posisi wamen, masih ada tersisa remah kue kekuasan yang dibagi Jokowi untuk mereka.
Boleh jadi komisaris BUMN, staf tertentu, asisten tertentu, atau komitmen proyek-proyek kecil yang bisa dibagi. Apa saja lah, yang penting dapur partai bisa ngebul.
Pragmatisme politik menjadikan partai apapun namanya baik partai besar maupun partai gurem berebut kerat kerat kekuasan. Tak ada partai politik dalam sistem demokrasi yang berjuang murni untuk rakyat, bohong itu.
Mereka pada dasarnya para pemburu rente kekuasan, petualang politik yang haus jabatan dan harta. Dengan jabatan itu, mereka akan menggeruk harta untuk memuaskan dahaganya akan dunia.
Saatnya umat ini sadar, benar-benar mencari kelompok politik yang murni berjuang untuk umat, untuk Islam, demi kejayaan Islam dan kaum muslimin. Dan kelompok politik ini, tidak mungkin bergumul dalam lumpur politik demokrasi.
Ungkapan Ustadz Abdul Somad Soal Jabatan
Ustaz Abdul Somad menungkapkan tingginya jabatan seseorang tak ada artinya. Menurutnya amal shalehlah yang akan dibawa mati.
Ustaz Abdul Somad menulis beberapa kalimat yang penuh arti tentang jabatan dan amal shaleh.
Kalimat-kalimat yang ia posting di laman instagram miliknya ia tulis saat perjalanan darat ke Masjid Raya Koto Aman, Tapung Hilir, Kampar, Riau.
"Kita akan mati menghadap Allah
Ketika mati,
Jabatan tinggal,
Pangkat tinggal,
Semuanya tinggal.
Apa yang akan kita bawa?
Amal sholeh.
Amal sholeh-lah yang akan menolong kita di hadapan Allah.
(Perjalanan ke Masjid Raya Koto Aman, Tapung Hilir, Kampar, Riau)," tulisnya.
Bahkan menurutnya walaupun ditawari jabatan, ia akan menolaknya.
"Mau jadi apa? Paling-paling menteri, habis itu dubes.
Sedangkan jadi wakil presiden saja saya tolak," katanya.
Karena itu, UAS menjelaskan, dia tidak pernah berambisi untuk kekuasaan meski dirinya telah menjelaskan tentang umat Islam harus merebut kekuasaan.
"Bahwa saya cerita politik, genggamlah kekuasaan, dengan kekuasaan kau menolong agama Allah, dengan tanda tanganmu menolong agama Allah, bukan saya mengiklankan diri, bukan mau masuk ke dalam, saya mau menjelaskan kepada umat, tolong agama ini dengan kekuasaan," katanya.
Menurut Ustadz Somad, dirinya tidak pernah menyuruh orang mencoblos satu pasangan tertentu.
"Tanpa ikut jadi jurkam ini atau yang itu, orang sudah tahu, selama ini, arah ceramah ustadz pasti ke yang ini," katanya.
Karena, kata UAS, umat ini cerdas dan tidak akan bisa dibohongi.
"Umat ini cerdas, tidak bisa dibohong-bohongi, sudahlah, capek kita pencitraan-pencitraan itu, berhentilah.
Tarik ini, tarik itu, makin terbuka," katanya.
Menurut UAS, umat kita bukan bodoh karena mereka tahu mana yang benar-benar berbuat, mana yang sekadar pencitraan.
"Jadi, kita tinggal tunggu saja, berhentikah menarik-narik dan pencitraan," katanya.
Dalam ceramah beliau lainnya di dalam khutbah Jumat tentang jabatan
Posting Komentar untuk "Belajar Dari Projo, Tak Ada Daging Tulangpun Jadi dan Ungkapan UAS Soal Jabatan"