Balada Menjadi Seorang Polisi, Catatan Tragedi Aiptu P Yang Tembak Istri Lalu Bunuh Diri
BALADA MENJADI SEORANG POLISI
Oleh : Nasrudin Joha
Banyak pihak tak menyangka dengan peristiwa yang menimpa Aiptu P dan Istrinya F. Warga sekitar kediaman mereka pun kaget. Keduanya selama ini dikenal harmonis. Tak hanya itu saja, mereka juga aktif dalam pergaulan di masyarakat. Kejadian ini terjadi pada Sabtu (5/10/2019) malam
Namun, itulah kenyataannya. Seorang polisi tega menembak mati istri sendiri dan kemudian bunuh diri dengan senjata miliknya. Kapolres Sergai AKBP Juliaman Eka Putra Pasaribu mengaku merasa kehilangan dengan kepergian Aiptu P. Dia mengungkapkan, selama ini sosoknya dikenal baik dan loyal dalam bekerja.
Kejadian ini menambah deret panjang kasus bunuh diri atau penggunaan senjata api diluar SOP oleh petugas polisi. Sebelumnya, Brigpol Dewa Gede Alit Wirayuda Brigadir Polisi (Brigpol) Dewa Gede Alit Wirayuda (31), ditemukan tewas di halaman belakang Polsek Arosbaya Bangkalan, Madura, Jawa Timur, pada Kamis (6/9/2019) malam.
Kemudian, Ipda RS. Inspektur Dua (Ipda) RS yang berdinas di Polres Ternate, ditemukan tewas dalam rumah kontrakan. Ada juga Bripka Christian Poltak Bosta Sitorus, anggota Polsek Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau. Bripka Christian Poltak Bosta Sitorus bunuh diri dengan cara menembak kepala sendiri pada Rabu (13/2/2019) siang.
Berbeda dengan institusi kepolisian, di institusi tentara (TNI) relatif tidak ditemukan kasus serupa. Meski TNI juga institusi yang diberi wewenang oleh UU untuk memegang senjata. Mungkin, karena SOP di TNI senjata wajib digudangkan setelah tugas, tidak boleh ada yang dibawa pulang.
Beda dengan polisi, yang bisa tenteng senjata kemana-mana, bahkan ada oknum yang todongan senjata di gerbong kereta api hanya untuk menertibkan anak STM. karena boleh tenteng senjata, dan dibawa kerumah, saat kondisi psikologis labil boleh jadi ini yang menjadi sebab potensi salah tembak. Bukan hanya salah tembak kepada rakyat, tapi juga sampai salah tembak kepada istri dan diri sendiri.
Seharusnya, polisi itu cukup dibekali pentungan. Sehingga, kalaupun pentungan dibawa pulang itu tidak terlalu fatal. Jika psikologi sedang kalut, paling banter hanya melakukan 'pementungan' bukan 'penembakan'.
Namun bisa juga membawa senjata api sampai rumah, itu untuk jaga diri. Hanya perlu dipertanyakan, kenapa polisi harus jaga diri ? Bukankah polisi itu menjaga rakyat ? Apakah polisi sudah berubah menjadi ancaman rakyat sehingga ketakutan harus jaga diri dengan dipersenjatai ?
TNI tdk membawa senjata, juga aman-aman saja. Bisa jaga diri. Tak ada kasus tembak istri atau tembak diri sendiri.
Karena itu, ini pasti ada yang salah dengan polisi. Ada sebab mendasar, kenapa tragedi bunuh diri polisi itu sering terjadi.
Ditengah tragedi itu, saat ini empati publik terhadap polisi justru menipis. Rakyat, justru lebih mencintai anak STM ketimbang polisi. Mungkin, karena gaya melaksanakan tugas yang represif membuat rakyat menjaga jarak dengan polisi.
Oh polisi, kenapa kedudukanmu saat ini tidak lebih dibanggakan ketimbang posisi dan kedudukan anak STM ? Adakah yang salah pada dirimu Duhai polisi ? Kapankah, balada dan tragedi polisi ini akan berakhir ? [].
Posting Komentar untuk "Balada Menjadi Seorang Polisi, Catatan Tragedi Aiptu P Yang Tembak Istri Lalu Bunuh Diri"