TERIMA KASIH UNTUK YANG PRO KONTRA HTI DAN FPI
TERIMA KASIH UNTUK YANG PRO KONTRA HTI DAN FPI
Keduanya Semakin Menggelombangkan Kebangkitan Umat di Indonesia
Oleh : Ahmad Sastra
HTI dan FPI adalah dua ormas Islam bermazhab ahlussunah wal jamaah yang kini mendapat sorotan tajam, baik yang pro maupun yang kontra. Rezim penguasa dan para pemujanya memilih posisi kontra terhadap kedua ormas pembela Islam ini. Sementara mayoritas kaum muslimin di Indonesia memilih untuk terus mendukung kedua ormas yang ingin memperbaiki negara ini dengan menerapkan Islam secara kaffah dan mengusir penjajah kapitalisme asing dan komunisme aseng dari bumi pertiwi.
Apalagi pasca Ijtima’ Ulama IV di Sentul Bogor yang menegaskan bahwa penerapan syariah dan penegakan khilafah serta amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban Islam dan kaum muslimin. Sontak pernyataan hasil Ijtima’ Ulama ini membuat gerah istana. Respons pertama rezim adalah bahwa Indonesia bukan negara Islam. Lebih ironis lagi, ada tokoh yang pro rezim yang menyatakan ungkapan ngawur bahwa dirinya lebih khawatir kepada khilafah daripada kepada marxisme.
Katanya kedaulatan milik rakyat, bagaimana jika mayoritas menginginkan Indonesia menjadi negara Islam dan disetujui oleh MPR ?. Negara Islam adalah negara yang konstitusinya berakar dari kebenaran firman Allah dalam Al Qur’an. Negara Islam adalah negara yang membawa kebaikan kepada manusia dan alam semesta, rahmatan lil’alamin. Negara Islam adalah negara yang akan mengusir dan menghapus segala bentuk penjajah di atas bumi pertiwi dan seluruh dunia. Penjajah kapitalisme dan komunisme akan dengan mudah dikalahkan oleh negara Islam.
Daulah Islam atau khilafah Islam memang berbahaya, sebab dia merupakan negara adidaya yang menyatukan seluruh sumber daya muslim dunia. Seluruh kekuatan militer muslim akan menjadi satu kesatuan. Potensi sumber daya alam akan menjadi satu kekuatan yang dahsyat. Seluruh kaum muslimin di dunia akan bersatu dibawah satu kepemimpinan Islam. Maka khilafah, secara politik, ekonomi, pendidikan dan militer akan menjadi ancaman bagi ideologi kapitalisme dan komunisme. Jika khilafah tegak, maka kedua ideology itu akan tumbang dalam hitungan hari.
Ijtima’ Ulama adalah kegiatan legal ulama dan kaum muslimin di Indonesia sebagai ikhtiar untuk ikut berkontribusi memperbaiki negara ini. Dalam konstitusi, Ijtima’ Ulama dijamin oleh pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Juga pasal 24 ayat (1) UU HAM yang menegaskan ulang bahwa setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai. Bisa juga merujuk kepada pasal kebebasan menjalankan agama dan keyakinan sesuai pasal 28E ayat (1) UUD 1945.
Istilah berserikat dengan maksud-maksud damai sangat relevan dengan Islam dan ormas HTI dan FPI atau ormas Islam lainnya. HTI misalnya, adalah organisasi dakwah Islam yang mendakwahkan ajaran Islam dari A sampai Z, dari bagaimana berwudhu hingga bagaimana menegakkan khilafah. Prinsip dakwah di HTI adalah mengedepankan diskursus intelektualitas dengan cara damai dan sama sekali tidak menggunakan cara-cara kekerasan.
Tujuan dakwah HTI adalah melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya seluruh syariat dan hukum Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. HTI sangat anti kolonialisme kapitalisme dan komunisme. Seban keduanya adalah penjajah atas negeri ini yang berdampak kepada kemiskinan rakyat dan hilangnya kedaulatan dan kemerdekaan di negeri ini. Lihatlah ketika sumber daya alam milik rakyat justru dikuasai oleh para pegundal penjajah kapitalisme. HTI hanya ingin membebaskan negeri ini dari berbagai bentuk penjajahan ekonomi, budaya, pendidikan dan politik.
Begitupun dengan FPI yang dari sisi namanya saja merupakan ormas Islam yang bertekad untuk membela Islam. Maka, setiap kebijakan dan kondisi sosial yang sekiranya akan mengancam eksistensi Islam di Indonesia, maka FPI menjadi yang paling terdepan membela Islam. Bukan hanya sampai disitu, FPI juga merupakan ormas Islam yang sangat peduli dengan segala penderitaan rakyat, baik karena kemiskinan maupun karena terkena musibah.
Kembali kepada syariah dan khilafah. Narasi yang dibangun Barat tentang syariah dan khilafah memang sangat negatif. Upaya monsterisasi khilafah sebagai radikalisme dan terorisme terus digaungkan Barat dengan tujuan agar tumbuh Islamopobhia di kalangan umat Islam. Bahkan fitnah bahwa khilafah akan memecah bangsa Indonesia terus dihembuskan oleh para penghalang dakwah Islam. Dalam bahasa lain, syariah dan khilafah mengalami demonologi, yakni pencitraburukan oleh musuh-musuh Islam.
Para pembenci HTI dan FPI adalah mereka yang membenci syariah dan khilafah dan pemuja dunia serta pro penjajah. Sebab syariah adalah solusi terbaik bagi krisis multidimensi negeri ini. HTI dan FPI justru sangat mencintai negeri ini karena Allah, bukan cinta palsu.
Adalah sunnatullah dalam sejarah perjalanan perjuangan Islam, makin dihadang, makin bergelombang. Alih-alih dihentikan dengan fitnah keji, umat justru menjadi tersadarkan dan mengenal lebih jauh salah satu ajaran Islam ini. Keputusan politik atas HTI justru melahirkan berbagai kecaman masyarakat sebagai tindakan diktator atas hak-hak warga negara. Ditambah lagi upaya mempersulit perpanjangan izin FPI, maka hal ini akan menambah deretan fakta bahwa rezim ini anti Islam.
Dalam sejarah perjuangan para Rasul, makin mendapatkan tekanan dari rezim penguasa, justru dititik itulah kebangkitan dan kejayaan Islam semakin dekat. Kemenangan perjuangan dakwah Nabi Musa justru hadir disaat rezim fir’aun di puncak kekuatannya, sementara Nabi Musa lemah dan terzolimi. Disaat Rasulullan dalam kepungan pengejaran kaum kafir Quraisy, disaat-saat genting itulah, justru Allah menjajikan bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat.
Sejarah hanyalah pengulangan, disaat gerakan dakwah Islam dizolimi oleh rezim penguasa, namun disaat yang sama kesadaran dan pemahaman masyarakat akan khilafah justru makin menguat. Disaat ada oknum pro rezim zolim membakar satu panji Tauhid, maka yang terjadi justru gelombang jutaan panji tauhid dikibarkan oleh umat Islam. Panji Ar Royya dan Al Liwa sebagai panji Rasulullah yang dikenalkan oleh HTI, kini telah menjadi milik umat Islam, mereka bahkan tak ragu lagi untuk mengibarkan dengan bangga.
Hidup adalah pilihan, kepada ajaran Islam, apakah mau mendukung atau mau menghalangi. Kepada khilafah ajaran Islam, apakah mau pro atau mau kontra. Kepada para pejuang Islam, apakah mau mendukung atau mau mempersekusi dan mengkriminalisasi. Terserah.
Pro dan kontra adalah sama-sama memberikan kebaikan untuk perjuangan syariah dan khilafah di Indonesia. Dengan adanya yang pro, maka gelombang perjuangan makin besar. Dengan adanya yang kontra, maka semangat perjuangan makin yakin. Masyarakat justru bertambah ingin tahu tentang khilafah, disaat gagasan ini justru ditentang.
Jadi terima kasih untuk yang pro kontra HTI dan FPI, sebab keduanya menambah gelora perjuangan anggota kedua ormas Islam ini. Masyarakat juga tambah tersadarkan akan betapa zolimnya rezim ini terhadap perjuangan Islam di negeri ini. Bagi masyarakat, selamat yang pro HTI dan FPI, semoga istiqomah dalam perjuangan Islam ini. Bagi rakyat yang kontra kepada HTI dan FPI, terima kasih, sebab kalian menambah keyakinan akan perjuangan Islam ini.
[AhmadSastra,KotaHujan,07/08/19 : 17.00 WIB]
Posting Komentar untuk "TERIMA KASIH UNTUK YANG PRO KONTRA HTI DAN FPI"