Nasdem Akan Dikhianati PDIP?
NASDEM AKAN DIKHIANATI PDIP ?
Oleh : Nasrudin Joha
Ada pepatah bijak dalam politik, kerja sama itu boleh, kerja bhakti itu haram. Kerja keras Nasdem dan partai mitra koalisi TKN Jokowi, tak boleh ditafsirkan sebagai kerja bhakti untuk PDIP.
Nasdem, termasuk Golkar, PKB dan PPP, memiliki saham signifikan untuk menenangkan Jokowi. Tanpa dukungan 'opini politik Nasdem' melalui mesin metrotipu, niscaya Jokowi akan sangat kepayahan menghadapi serangan oponi politik loyalis Prabowo di Pilpres 2019.
Apalagi, lawan Jokowi bukan hanya Prabowo atau Gerindra. Banyak, para relawan politik yang menyerang sendi-sendi politik Jokowi, sampai-sampai Jokowi harus mengeluarkan statement putusnya rantai sepeda.
Bagi Nasdem, bukti kerja nyata mereka kepada Jokowi telah membuahkan hasil kemenangan. Jelas, Nasdem lebih berhak pada sejumlah kompensasi untuk berbagi peran membangun bangsa ini ketimbang Gerindra.
Tak elok, sekonyong-konyong PDIP merapat ke Gerindra, melupakan Nasdem hanya karena alasan ingin mengunduh saham legitimasi. Toh, tanpa Gerindra, tanpa rekonsiliasi dengan Prabowo, Jokowi tetap sah dan legal sebagai Presiden periode 2019-2024.
Tak pantas pula, hanya khawatir adanya rongrongan oposan, kemudian PDIP melihat posisi Gerindra lebih signifikan, ketimbang Nasdem yang telah terbukti berdarah-darah membela Jokowi. Saya kira, Surya Paloh berhak marah. Nasdem sah mengutus Akbar Faisal sebagai corong 'oposisi' untuk menyampaikan pesan pada PDIP, "ingat ! Kami berkeringat !".
Bagi koalisi Jokowi, justru pertarungan politik sesungguhnya adalah saat ini, bukan saat Pilpres. Mereka, tak mau kehilangan kue kekuasan, padahal mereka telah menjadi api dan tungku penanak, untuk menghasilkan kue kekuasan yang sangat legit.
Apalagi, PDIP justru akan berbagi konsesi dengan Gerindra. Bukan dengan parpol di TKN Jokowi. Karena paham suasana kebathinan TKN Jokowi, Nasdem ngajak 'ngambek berjamaah'.
Nasdem, mengajak Golkar, PKB dan PPP untuk membuat pertemuan tanpa PDIP. Untuk soal ini, soal khawatir kue kekuasan dicuri Gerindra, Nasdem akan senafas dengan PKB, PPP dan Golkar.
Jadi, kekhawatiran itu, aroma pengkhianatan itu, juga membuat PKB, PPP dan Golkar tak nyenyak tidur. Mereka khawatir, tidak mendapat telepon dari Jokowi, tetiba Jokowi melantik menteri justru dari unsur Gerindra.
Padahal, sejak awal semua paham tujuan politik itu untuk kekuasan. Lantas, betapa bodohnya jika keringat politik telah bercucuran tetapi kue kekuasan justru dibagi gratis pada lawan politik. Meminjam kata-kata Bung Rhoma, "Sungguh terlalu !".
Namun, bukan hanya Nasdem yang Kepikiran tidak nyaman dengan PDIP. Justru PDIP merasa, pengaruh Paloh sudah terlalu jauh mengkooptasi Jokowi. Jokowi itu petugas PDIP, kenapa berada dibawah bayang-bayang berewok Paloh ?
Apalagi, Nasdem terlalu pelit berbagi gizi kekuasan dari bisnis Import di Kemendag dan bisnis 'perkara' di Kejagung. Kadangkala, Nasdem juga jeruk makan jeruk. Memainkan Prasetyo terlalu jauh, offside, melanggar batas merah PDIP.
Karena itu, PDIP ingin kedepan jabatan jaksa Agung harus dari internal kejaksaan. Satu pesan 'keras' untuk Nasdem. Ini, jelas pertanda berakhirnya oligargi politik Nasdem yang selama ini Nasdem paham betapa manis dan legitnya dua posisi itu.
Lalu, apalah Nasdem keliru ? Tidak juga, namanya juga usaha. Kalau tidak sekarang kapan lagi ? Jangan hanya menangis bombai, setelah Presiden mengumumkan pejabat menteri, sementara tak ada satupun kader Nasdem yang disebut. [].
Posting Komentar untuk "Nasdem Akan Dikhianati PDIP?"