Demi Mempertahankan Tahta, Diktator Fir'aun Bersama Para Budak Politiknya Menebar Teror
Oleh : Ahmad Sastra
Pertama adalah para ilmuwan atau birokrat yang diwakili hamam sebagai menteri. Kedua, para ahli manipulasi data yang diwakili oleh para tukang sihir. Ketiga adalah militer yang diwakili oleh para pasukan tentara fir’aun. Keempat adalah para kapitalis yang diwakili oleh qorun. Kelima adalah masyarakat yang patuh karena cinta dunia, bodoh dan takut.
Nama Nabi Musa adalah adalah nama yang paling banyak disebutkan dalam Al Qur’an. Kisah perjuangan Nabi Musa dan kediktatoran Firaun paling banyak diceritakan dalam Al Qur’an. Mari kita ikuti kisahnya :
Dan berkatalah fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". (QS. Al Mukmin : 36).
Meski fir’aun adalah rajanya dusta dan hoax, namun dari dinding istananya, dia justru menuduh Nabi Musa sebagai pendusta atas ajaran Islam yang dibawanya. Tidak berhenti sampai disitu, dari balik istananya pula, fir’aun menyebarkan kedustaan atas ketuhanan Allah dan kenabian Musa kepada seluruh rakyat mesir seraya mengajak rakyat untuk mendukung dan memuja dirinya.
Salah satu yang bergabung bersama fir’aun adalah menteri ahli infrastruktur yang namanya hamam. Fir’aun dengan congkaknya membanggakan infrastruktur istananya seraya sesumbar bahwa dirinya adalah tuhan dan mendustakan Tuhannya Musa. Hamam adalah salah satu menteri fir’aun yang rela membudak kepada rezim fir’aun karena mendapat kedudukan di istana.
Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta" (QS Al Qashash : 38)
Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qashasul Anbiyaa menjelaskan ayat ini dengan dua kemungkinan makna. Pertama, fir’aun merasa Musa berbohong ketika mengatakan bahwa ada Tuhan selain fir’aun. Kedua, fir’aun merasa bahwa Musa berbohong ketika mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Tuhan.
Ibnu Katsir melanjutkan penjelasannya bahwa kemungkinan pertama lebih dekat kepada keadaan fir’aun saat itu, sebab fir’aun memang mendustakan adanya Allah. Maksud fir’aun untuk bertemu Tuhannya Musa dengan meninggikan istananya agar dirinya lebih dipercaya masyarakat Mesir untuk tidak mengikuti Musa dengan terus mendorong agar masyarakat mesir ikut dirinya mendustakan kenabian Musa.
Tindakan kedua fir’aun dalam siasat politik modern disebut pencitraan. Di era post truth, pencitraan politik terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, simulakra. Situasi dimana batas-batas antara kebenaran dan kepalsuan, realitas dan rekaan, fakta dan opini semakin kabur dan sulit untuk diidentifikasi. Realitas yang ada adalah realitas yang semu dan realitas hasil simulasi (hyper-reality).
Kedua, pseudo-event. Keadaan dimana sesuatu yang dibuat dan diadakan untuk membentuk citra dan opini publik, padahal itu bukan realitas sesungguhnya. Dalam istilah politik praktis disebut sebagai tindakan pencitraan. Ketiga, pseudosophy. Adalah upaya menghasilkan suatu ‘realitas’ sosial, politik dan budaya yang sekilas nampak nyata, padahal sebenarnya adalah palsu. Masyarakat lalu dikondisikan untuk lebih percaya pada ilusi yang dihasilkan dari pada realitas yang sesungguhnya.
Meski banyak melakukan dusta atau hoax dalam istilah modern, namun fir’aun tetap nyaman dengan kedustaannya itu. Fir’aun selalu memandang baik apa yang dilakukan. Padahal fir’aun tidak akan mendapat apa-apa dari hoaxnya itu, melainkan hanya mendapatkan kerugian belaka. Terlebih orang-orang yang berada disekitar fir’aun bermental penjilat dan khianat.
Demikianlah dijadikan fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian (QS Al Mukmin : 37).
Manusia jenis kedua yang rela membudak kepada rezim fir’aun adalah para tukang sihir yang mampu merancang kebohongan publik dengan keahliannya demi imbalan yang diterimanya dan demi mempertahankan kekuasaan fir’aun. Seperti diketahui, para tukang sihir fir’aun diiming-imingi jabatan dengan syarat tukang sihir itu bisa mengalahkan Musa.
Allah berfirman, “Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, Sesungguhnya Kami benar-benar akan menang". (QS Asy Syu’ara’ : 44). Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, Sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". (QS Thaha : 66-69)
Para tukang sihir yang jumlahnya antara 12.000 sampai 80.000 orang itu mencoba mengelabuhi masyarakat saat itu dengan sihirnya demi mempertahankan kekuasaan fir’aun. Para tukang sihir itu memprovokasi masyarakat bahwa Musa dan Harun adalah dua penyihir yang akan mengubah budaya dan tradisi Mesir yang selama ini berlaku. Bahkan Musa dan harun dituduh akan mengusir bangsa Mesir.
Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama (sebagai penguasa Mesir). Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris dan sesungguhnya beruntunglah orang yang menang pada hari ini (saat berlangsungnya pertandingan). (QS Thahaa : 63-64).
Ironisnya, masyarakat Mesir terpengaruh oleh kedustaan fir’aun. Kebohongan fir’aun yang secara terus menerus dilontarkan menjadikan masyarakat terpengaruh dan menjadi pemuja dan budaknya. Apapun yang dikatakan fir’aun, maka masyarakat saat itu membenarkannya, meskipun fir’aun berdusta dengan mengatakan bahwa dirinya adalah tuhan.
Masyarakat yang terperdaya, percaya dan tunduk fir’aun digolongkan sebagai golongan yang fasik. Allah berfirman,” Maka (fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh mereka adalah kaum yang fasik. (QS Az Zukhruf : 54).
Budak politik fir’aun berikutnya adalah para pasukan bersenjata atau militer. Polisi dan tentara, bukan membela rakyat yang ditindas fir’aun, tapi mereka justru ikut menjadi penyempurna diktatorisme fir’aun. Tidak tanggung-tanggung, Allah menyebut mereka yang punya kekuatan senjata sebagai penyeru ke neraka yang tidak akan mendapat pertolongan.
Allah berfirman, “ Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (QS Al Qashash : 40-41).
Budak politik fir’aun kelima adalah qorun yang memiliki harta kekayaan yang melimpah, meskipun didapatkan dari cara yang tidak halal. Namun Qorun tetap sombong dan membanggakan kekayaannya dan menolak nasehat yang diberikan Musa kepadanya. Qorun dalam istilah modern mewakili ideologi kapitalisme, sementara fir’aun yang mendustakan Tuhan mewakili ideologi komunisme. Kedua ideologi ini adalah perusak kehidupan manusia di muka bumi. Kini keturunan fir’aun dan qorun masih bertebaran di muka bumi.
Sesungguhnya qorun adalah Termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al Qashash : 76-77)
Padahal seluruh budak politik fir’aun yang penuh dusta, penebar hoax, kecurangan, congkak, menentang Allah, menentang ajaran Islam yang dibawa Musa akan mendapatkan laknat dari Allah di dunia hingga di akherat kelak. “ Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)” (QS Al Qashash : 42).
Tentang pemimpin curang, Rasulullah bersabda, “ Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepemimpinan atas orang lain, lalu ia mati dalam keadaan curang terhadap orang-orang yang dipimpinnya, melainkan Allah akan mengharamkan atasnya surga” (HR Muslim).
Maka akhir kisah rezim fir’aun yang diktator, penebar teror, zolim, menindas rakyat, dan membuat kedustaan dan kerusakan dan dibantu oleh para budak politiknya adalah kebinasaan. Dengan segala rekayasanya mencoba mempertahankan kekuasaan fir’aun dibalas oleh Allah dengan ditenggelamkan di laut. Fir’aun dan seluruh budak politiknya tenggelam justru disaat mencapai puncak kejayaannya. Sementara Musa mendapat pertolongan Allah justru disaat mencapai puncak kelemahannya.
Sejak dahulu musuh-musuh Allah selalu berbuat zalim, makar dan memusuhi para NabiNya. Segala perbuatan jahat dilancarkan oleh rezim diktator kepada utusan Allah. Di zaman Rasulullah, kaum kafir Quraisy juga telah berbuat zalim dan makar kepada Rasulullah.
Kondisi diktatorisme penebar teror telah Allah gambarkan dalam Al Qur’an, “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan makar dan Allah menggagalkan makar itu dan Allah sebaik-baik pembalas makar” (QS Al Anfal : 30).
Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (QS Az Zukhruf : 55-56).
Sebagai “orang-orang yang kemudian”, hendaknya kita mengambil pelajaran dan petunjuk dari kisah-kisah dalam Kitab Suci agak kita mampu bercermin atas peran diri kita dalam fragmen politik saat ini. Kisah Musa dan Fir’aun ini penting sebagai dokumen sejarah agar manusia mengetahui siapa yang salah dan siapa yang benar.
Jika kisah Musa dan Fir’aun tidak diceritakan oleh Allah dalam Al Qur’an, mungkin Musa akan dituduh sebagai pemberontak yang radikal dan mengancam pemerintahan yang sah. Sementara Fir’aun mungkin akan dicatat sebagai penguasa yang pro rakyat dengan berbagai program infrastrukturnya.
Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi) dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu (QS Al Qashash : 3-6)
[AhmadSastra,KotaHujan,13/05/19 : 17.15 WIB]
Posting Komentar untuk "Demi Mempertahankan Tahta, Diktator Fir'aun Bersama Para Budak Politiknya Menebar Teror"